Ilmu Budaya pada Puisi Reformasi.

Leave a Comment
A. Pendekatan Kesusastraan. 
Masih terkait dengan post sebelumnya, penjelasan kali ini masih berhubungan dengan kebudayaan dan manusia, walaupun temanya berbeda, tetapi masih satu konteks yang tidak jauh berbeda. Budaya menghasilkan karya, dan karya ini lah yang akan mengsangkut-pautkan manusia sebagai homo humanus.
Untuk menjadi homo humanus manusia harus mempelajari ilmu humanitis yang mencakup : 
Filsafat, Teologi, Seni dan cabang cabangnya (dalam kasus kali ini adalah sastra)

http://davidjdowns.com/
 Untuk memudahkan ekspresi seni yang tidak normatif, maka manusia lebih mudah jika menggunakan karya sastra. Banyak sumber yang mendefinisikan sastra dan cabang cabangnya, tetapi intinya sastra adalah sebuah verbal yang memudahkan manusia mengekspresikan sesuatu dengan cara yang indah (berseni) 

B. Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Prosa
Prosa berdasarkan penjelasan sederhananya adalah sebuah bagian bagian yang terkandung pada karya sastra ataupun cerita. Dalam puisi pun pasti akan ada prosa prosa yang terkandung didalamnya. 
Dalam kesustraan sekarang kita mengenal Prosa Baru dan Prosa Lama. 

C. Nilai Dalam Prosa Fiksi. 
Menyambung pengertian prosa diatas, Prosa fiksi adalah sebuah prosa yang tidak nyata ataupun khayalan si pengarang. Banyak nilai yang bisa kita dapatkan ketika membaca sebuah karya sastra yang mengandung Prosa fiksi yang hampir sama dengan kita membaca Prosa nonFiksi. 

D. Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Puisi. 
Puisi adalah salah suatu karya seni yang berbentuk keindahan sastra. 
Puisi juga adalah media yang sejak dulu digunakan oleh penyair sebagai senjata utama mengungkapkan sesuatu yang sedang dirasakannya, ataupun pandangannya terhadap orang lain.
Saya tidak termasuk orang yang menikmati banyak puisi. 
Saya hanya akan menikmati puisi yang menyentuh perasaan saya, melalui bahasa yang dituturkan oleh penyair. sehingga saya dapat merasakan emosi si penyair tersebut, walaupun tidak dibacakan langsung. 

Puisi ada sejak lama. tidak jelas siapa orang yang pertama berpuisi. Tetapi dari fakta bahwa sejak lama puisi sudah ada, berarti menjelaskan puisi adalah salah satu karya sastra yang mengiringi zaman. Dan juga mengiringi berkembangnya budaya pada manusia.
Tak hanya Budaya masa lampau, Puisi bisa juga mempengaruhi perkembangan sosial dan politik. Seperti yang akan saya ulas kali ini. Yaitu tentang Puisi seorang sastrawan indonesia Beni Guntarman yang hidup pada era revormasi/ Tragedi mei 1998. Beserta Arti dari setiap kutipan prosa nya.

Bakar bakarlah kemarahanmu dengan tangan-tangan terkepal.
Disini sangat jelas sang penyair sangat bersemangat, dan ingin menularkan semangatnya pada para pemberontak pemerintahan pada saat itu. 
Bakar bakarlah kemarahanmu dengan tangan-tangan melempar
 Tidak cukup memberi semangat dan ajakan. sang penyair pun membakar semangat. 
Bakar bakarlah kemarahanmu dengan tangan-tangan melambai agar semua turut berjuang bersama
Sang penyair pun mengajak para pejuang, agar juga mengajak yang lainnya agar mau berjuang bersama. 

Bakar bakarlah kemarahanmu karena kesabaran itu telah mendekati ujungnya sementara mereka masih berlaku tuli dan bisu membatu layaknya seonggok patung!
Disini sang penyair lebih kepada menjelaskan kenapa dia dan pejuang yang diajaknya harus marah. Mereka mengecam ketidakperdulian pemerintah pada rakyatnya. dan rakyat pun sudah tidak bisa bersabar lagi. dan pemerintah pun tetap diam saja menanggapi keadaan rakyat yang sudah semakin sengsara. 
Hanya dengan ekspresi kemarahan begini semoga mereka mau membuka mata dan telinga
Penyair berkata bahwa tidak ada cara lain agar pemerintah mau perduli selain dengan cara ini. dengan menunjukan kemarahan rakyat!
Hanya dengan ekspresi kemarahan begini semoga mereka menyadari bahwa rakyat lebih berkuasa ketimbang birokrasi dan tentara!
Penyair pun makin membakar emosi para rakyat. karena dominannya kekuasaan milirer pada pemerintahan Soeharto. Penyair memberikan kesadaran pada rakyat bahwa mereka berdaya. bahwa mereka mampu berkuasa atas pemerintahan negaranya sendiri.
Hanya dengan ekspresi kemarahan begini semoga para pemimpin yang mulia menyadari bahwa rakyat menghendaki perubahan kekuasaan!
Penyair bermaksud memberi tau kepada pemerintah orde baru, bahwa rakyat inginkan perubahan kekuasaan! perubahan kendali pemerintah! Mundurnya mantan presiden Soeharto. 
Sekali lagi teriakan: Reformasi!!! Reformasi sampai mati Ayo tunjukkan kebulatan tekad dan keberanian bersama Tiada arti moncong senjata, tongkat pemukul, dan gas air mata tiadalah berarti itu semua ketimbang perubahan yang kita inginkan
Ketika amarah dan semangat rakyat sudah didapat, saatnya sang penyair menyerang kubu pemerintah! dengan memaksa pemerintah supaya mengganti pemerintahannya dengan dukungan seluruh rakyat. tidak ada jalan lain selain reformasi! selain turunnya pemerintahan lama. 
Kekerasan oleh tentara atau satuan polisi pengaman dengan kekerasannya tidak akan menghentikan niat rakyat sedikitpun. Agar rakyat didengar.
Mari kita dorong agar terjadi perubahan perubahan nasib bangsa agar bebas dari belenggu tirani
Penyair mendorong semangat para rakyat agar tidak pantang menyerah, demi kebebasan rakyat atas belenggu pemerintahaan soeharto yang sarat akan korupsi dan pelanggaran ham.
Bakar bakarlah kemarahanmu karena negri ini telah dibelenggu oleh tirani penuh dengan kotoran kolusi korupsi nepotisme
Dengan semangat rakyat yang sudah membara, agar lebih memaksa, agar lebih mengedukasi rakyat bahwa selama ini rakyat dibohongi oleh kemakmuran semu dan politik yang kotor dan juga korupsi yang sangat merugikan negara.
Hanya dengan kemarahan seperti ini kerbau dungu mau mendengarkan suara hatimu!
Di bait yang terakhir, sekali lagi sang penyair menekankan bahwa dengan cara seperti ini baru pemerintahan yang bodoh (terlihat jelas dari kalimat satir 'kerbau dungu') mau mendengarkan dan menganggap suara rakyat.

Sekian analisa amatiran dari saya. Maaf kalo ada salah :))
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment