Punya Banyak Waktu.

Leave a Comment
Bulan November tahun ini, resmi saya berhenti menjadi seorang pengajar. Karena tetek bengek politik di sekolahan tampaknya sudah tidak cocok lagi dengan orang tipikal seperti saya. Tapi kali ini saya sedang tidak ingin membahas sistem pendidikan di Indonesia. Mungkin di postingan yang lain.



Sebetulnya ada untung/rugi nya saya berhenti bekerja.

Untung :
 - Punya banyak waktu  
 - Bisa fokus ke kuliah.
 - Bisa mengerjakan desain grafis sampingan.
 - Tidak lagi menahan emosi menghadapi murid2 bebal.
 - Tidak lagi mikirin nilai, nilai dan nilai.

Rugi :
 - Tidak lagi mendapatkan Gaji (uang)
 - Kehilangan kesempatan mempelajari materi yang tidak saya temui di kuliah.
 - Punya banyak waktu. 

Kira-kira begitu lah beberapa daftar untung/rugi nya. Pembaca pasti bertanya-tanya, kenapa punya banyak waktu saya masukkan di untung & rugi? Di beri Bold pula..

Entah kenapa waktu saya berhenti posting di blog, bersamaan dengan waktu saya berhenti mengajar. Saya pikir ini bukan kebetulan.
Kemudian saya memikir kan hal ini lagi, ketika malam ini saya membaca posting Blog Mas Alit yang terbaru. Saya akan kutip sedikit kalimatnya :
"Gue tinggalin Jakarta dan pindah ke Jogja demi menikmati hidup. Tapi ternyata, segala kenyamanan Jogja malah menumpulkan kreativitas gue. Karena gue nggak punya keresahan, nggak punya ketakutan, dan nggak punya masalah. Gue sadar, nggak ada karya indah yang tercipta dari hidup yang nyaman-nyaman aja. Setiap pelajaran yang bisa kita petik dari kehidupan, biasanya datang bersama permasalahan."
Kemudian saya mulai mengerti. Mas alit sangat jelas memaparkan inti dari kalimat tersebut. Penulis yang sejak Smk saya kagumi ini, membuat saya mengalami yang namanya Ephipany. Saya sadar, yang membuat saya tumbuh seperti ini adalah kesibukan saya sendiri. Semakin saya santai, semakin jauh cita-cita yang saya kejar. Kadang keadaan lah yang mendorong kita. Bukan kenikmatan yang Tuhan beri untuk mendapatkan manusia-manusia tangguh.

Punya Banyak Waktu, bisa jadi problema tersendiri bagi kita. Saya pun merasakan jelas, saat peralihan dari Smk ke Kuliah memakan waktu cukup panjang. Di waktu itu sebetulnya saya cukup menderita, tidak melakukan sesuatu yang berarti. Saya tidak berkarya. Tidak punya uang atau apapun. Kenyamanan ternyata adalah musuh tersendiri saya. Oleh sebab itu, ketika saya mulai mengeluh karena capek terlalu sibuk, saya akan mulai memikirkan masa-masa dimana saya pengangguran. Karena saat itu, keresahan saya justru adalah ketika saya merasa Nothing To Do. Sekarang saya sudah rindu mengajar.Terlebih saya sudah rindu menjadi sibuk. Saya bersyukur ketika saya sibuk. Rumusnya kira-kira seperti ini :
Sibuk = Masalah = Pelajaran = Kedewasaan > Punya Banyak Waktu.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment